Jumat, 24 Juni 2011

HUKUM AHWAL (BUKAN KETURUNAN NABI MUHAMMAD SAW) MENIKAHI SYARIFAH/ HABIBAH/ SAYYIDAH (WANITA KETURUNAN NABI MUHAMMAD SAW)

Banyaknya fenomena belakang ini yang melibatkan  para ahwal (laki 2 yang bukan berasal dari kalangan anak cucu nabi Muhammad SAW) yang menikah dengan seorang Syarifah/ Sayyidah atau seorang Habibah, tentunya sangat ironis sekali bagi kita kalangan muhibbin dan pecinta Rasulullah SAW ..

bagaimana tidak ?? betapa besarnya nikmat dan kemuliaan yang Allah berikan kepada para Syarifah/ Sayyidah atau seorang Habibah, yaitu menjadi anak cucu nabi Muhammad SAW ternyata dengan alasan cinta dan kasih sayang semu, telah rela mereka tanggalkan ..

meskipun terkesan sepele, namun pada hakikatnya hal ini sangat besar efeknya bagi beliau (para Syarifah/ Sayyidah atau seorang Habibah) dan juga bagi si Ahwal itu sendiri .. bahkan efek terbesar juga di alami oleh keturunan yang nanti di hasilkan, karena dengan menikahnya seorang Syarifah/ Sayyidah atau seorang Habibah dengan seorang ahwal, maka hal tersebut berakibat "terputusnya" pertalian nasab suci antara si anak dengan nasab suci Rasulullah SAW .. karena hukum islam mengakui bahwa nasab si anak adalah mengikuti nasab ayah kandung, sehingga jika si ayah seorang ahwal, maka status si anak juga mengikuti status si ayah walaupun si ibu berasal dari kalangan Dzurriyatul Rasul SAW, meskipun dalam hal ini terdapat beberapa tafshil (perincian) ..

oleh karena itulah, meskipun ulama tidak menjadikan kafaah (dalam artian se kufu antara syarifah dengan ahwal) sebagai syarat sah pernikahan, namun secara umum Imam Syafi'i RA melarang terjadinya hal tersebut dengan beberapa dasar hukum serta istinbath yang telah beliau lakukan sebagai seorang mujtahid mutlak


sedikit, perincian nya akan al faqir cantum kan di bawah ini, hanya saja DI SINI AL FAQIR INGIN MENGAJAK SETIAP PEMBACA UNTUK MENCEGAH/ MELARANG TERJADINYA PERNIKAHN INI SEBAGAI WUJUD IKHTIYATHON (atau kehati2 an serta sebagai wujud penghormatan kita kepada nabi Muhammad SAW, dengan kita menyadari bahwa kita kaum ahwal, dari segi apapun (dhohir) tidaklah pantas jika di sejajarkan dengan para Syarifah/ Sayyidah atau seorang Habibah, sedangkan apabila kita berdalih bahwa kita adalah orang yang sangat bertaqwa/ sangat alim (dalam artian batiniyah) .. lantas apakah kita bisa menjamin bahwa status batiniyah tersebut telah benar2 kita sandang ?? sehingga kita memaksakan diri (sebagai ahwal) untuk menikahi Syarifah/ Sayyidah atau seorang Habibah..

apalagi jika hanya berlandaskan cinta dan Hak asasi manusia belaka ??
bahkan jika kita memaksa menempuh jalan ini, terlebih dengan menyakiti hati orang tua kita ??


OLEH KARENA ITULAH, SEBISA MUNGKIN KITA CEGAH PERNIKAHAN JENIS INI, DENGAN NIAT KEHATI2 AN ... toh masih banyak wanita lain yang lebih sekufu (setara) dengan kita ..!!

78 komentar:

  1. wah info menarik nih, tapi ada yang saya ingin pertanyakan, kebetulan saya mempunyai paman dari keluarga habib, dia memiliki buku yang menerangkan tentang mengapa ahwal dan syarifah sulit untuk menikah (bukan tidak boleh).

    maaf sebelumnya bukan maksud untuk mengolok ataupun melecehkan ini hanyalah sebuah pertanyaan, bila ada salah kata maafkan saya karena saya hanya seorang manusia :).

    Saat fatimah az-zahra berada di pernikahan anak perempuannya dengan seorang ahwal, beliau memalingkan mukanya (pertanda kurang setuju) karena merasa keturunannya menikah dengan seseorang yang berbeda derajat (bukan dari garis keturunan rassul), nah dari situlah mengapa seorang syarifah sulit menikah dengan ahwal, akan tetapi fatimah mengatakan "saya akan mengikhlaskan/menyetujui pernikahan ini (antara syarifah dan ahwal) dengan syarat sang ahwal harus benar-benar mencintai,menyayangi dan menjaga keturunanku".
    1. nah bagaimana pendapat anda tentang itu?

    2. Rassulullah SAW tidak pernah sekalipun membedakan manusia/umatnya dari derajatnya, dan para habaib dan syarifah jelas keturunan rassul tapi mengapa mereka tidak mewarisi sifat itu?

    3. Allah SWT tidak akan membedakan hambanya, tidak ada satupun hambanya yg di bedakan oleh Allah SWT kecuali kekasihnya yaitu Rassulullah SAW, apakah pernikahan antara ahwal dan syarifah mempengaruhi terhadap dosa?

    4. Allah adalah pencipta kita dan semua alam semesta ini kan?, begitu pula dengan hati dan perasaan yang kita miliki, bila kita mencintai seseorang itupun karena allah? apakah salah kita mencintai seorang syarifah (untuk ahwal)?

    5. ini pertanyaan yang mungkin kurang baik, mohon maaf sebelumnya bila menurut anda tidak sopan, karena sekali lagi saya hanyalah manusia yang penuh dengan kesalahan dan haus akan ilmu :).
    Di catatan anda jelas menerangkan bahwa yang membawa garis keturunan adalah seorang lelaki, tetapi keturunan rassul yang diberi gelar sayyid/sayyidah adalah keturunan dari fatimah az-zahra r.a dengan kata lain seorang wanita, dan beliau dinikahkan dengan ali bin abi thalib oleh Rassulullah SAW, dengan kata lain keturunan fatimah bukan lah garis murni dari keturunan Rassulullah SAW walaupun ali adalah sepupu (keluarga) dari Rasulullah SAW. Apakah keterangan saya itu benar? padahal kekasih Allah adalah Baginda Nabi Muhammad SAW bukan ayahnya beliau ataupun kakeknya beliau. Dan kita semua umat manusia adalah keturunan dari nabi Adam A.S begitu pula dengan keluarga rassulullah, dengan kata lain kita adalah sama dengan sayyid ataupun syarifah, tapi mengapa bisa demikiannya sayyid/syarifah itu berbeda?

    terima kasih untuk tanggapannya, mohon maaf bila ada kesalahan karena saya bukanlah ahli agama ataupun ahli sejarah islam, saya hanyalah manusia biasa yang penuh dosa dan kesalahan.

    BalasHapus
  2. untuk posting diatas mohon maaf ada kesalahan, maksud saya cucu dari fatimah bukan anak,, mohan maaf sekali lagi. Terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. tolol bener sih loe... gx baca surat an-nisa ayt 22-23 tuh...masa sedarah nikah...baca alqur'an dong jangan pake nalar/perasaan...apa selain keturunan nabi muhamad SAW itu najis semua...

      Hapus
  3. maaf dan trimakasih postinganya:islam tidak mengenal kasta maslah kafaah syarifah tergantung bgaimna kita menilai khormatan rosuul kita dan juga kita taw bgaimna kedudukan rasul dimata allh apa kita pantas bersanding dengan wanta yang diharamkan zakat atasnya sdangkan kita mnerima zakat itu semua karna mnjaga kehrmatan sulullah yang suci bukan dari syrifah tu sndri karna bgaimnapun ddlam tbuhnya mengalir darah rosul tak pandang bgaimna orang trsebut slah satu mngatakan hubbu ahlal baity solihunallah watholihuna li[cintai keluargaku yg sholeh krna allh yang tidak karna q]sdangkan kita tw nasab yang brsandarkan dari ibu didunia ini hanya dari dua wanita mulya yaitu saidah fatimah zaahro dan siti maryam!dan syarifa tidak bisa mlahirkan sayyid jk dia tidak mnkah dngan sayit jadi kmbali kediri kt masing karna khadiran kita nasab suci rsuluulah trputus.....rfrensi istadza goddbullahu ala man adzani fi iitrati[sangat keras murka allh kpda orang2yang yang menyakitiku akan hal ktrunanaku abu said alkhudri]sukron wafuan minkum min muhibbin

    BalasHapus
  4. ini yang membuat Saya tidak suka terhadap keturunan Arab. Manusia diciptakan sama tetapi Golongan Anda mengeklusifkan diri Anda dengan menyebut saya Ahwal. Jika memungkinkan saya minta Dalil Naqli untuk pernyataan2 diatas. lengkap dengan sanad dan nasabnya.. semoga Anda dirahmati Allah

    BalasHapus
    Balasan
    1. berbahagialah ketika anda jadi akhwal yang artinya "akhy awwal", karena ketika para ahlulbait ke indonesia maka kalianlah yang jadi saudara awwal kami para ahlul bait, Andalah yang sebenarnya mengeklusifkan kami, kami tidak minta siapapun untuk seprti itu, tidak perlu dalil ataupun sanad,
      #keturunan segaf

      Hapus
    2. Izin ikutan jawab min...
      Saya ahwal dan saya tidak tersinggung dan tidak merasa direndahkan dg istilahyi itu, karena ahwal hanya istilahyi untuk lebih mudah di fahami dimasyarakat.

      Hapus
  5. Kemuliaan Nasab dibarengi kemuliaan Akhlak ...Seorang sayyid harus berakhlak mulia seperti Nabi ... Sayyid2 muda biasanya betantang betenteng berlagak .. sayyid yang tua tolong marahi, ingatkan jangan memalukan Nabi...
    .... Betul islam tidak berkasta kasta ... tapi ya bercerminlah siapa anda ... ga usah pakai dalil Naqli ... ngaca aja pada diri sendiri ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya anda tidak sedang bertanya yg tidak anda fahami, tapi anda hanya mengorek-ngorek kekurangan orang lain dan tanpa menyadari kekurangan yang ada pada diri anda sendiri...

      Hapus
  6. Banyak sayyid sayyid muda berlagak,betantang betenteng,mentang mentang berketurunan mulia lupa diri ... kalau saya tidak ingat sama Nabi sudah saya tempeleng, saya gamparin tuh ...tapi saya malu sama Nabi, saya ta'dzhim sama nabi, saya takut sama Nabi ... mohon perhatian saja.

    BalasHapus
  7. Saya memang ahwal, bukan kah manusia itu sama di mta ALLAH SWT mengpa dibedakan ? Bukan kah Asal usul kita sama dari Nabi ADAM AS. Maaf jika saya salah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebelum nabi adam diciptakan nabi muhammad sudah diciptakan nur nabi muhammad sudah ada jauh sebelum nabi adam dicptakan allah, adam diciptakan, muhammad dizhohirkan walaupun adam duluan yang ada dimuka bumi ini tapi nur muhammad sudah ada sebelum adam!! Keturunan adam bedalah dengan keturunan nabi muhammad, ahlul baik pasaknya dunia, jika ahlul bait tidak ada dibumi ini dunia ini tak akan ada!!! Jika muhammad tidak dilahirkan dunia tidak akan sampai sekarang,,, ahlul bait akan allah sucikn sesuci sucinya,,,, nabi muhammad berkata" siapa yang musuhi ahlul baitku maka dia lah musuku yang nyata, ujian hidup keturunan muhammad lebih berat dibandingkan keturunan adam.kita manusia juga punya nafsu sama seperti keturunan adam, tapi kita beda garis keturunan.
      Sebodoh bodohnya dan semiskin miskinya ahlul bait tetap tinggi derajatnya dihadapan allah,... Siapapun kalian apapun pangkat kalian tetap derajat ahlul bait dihadapan allah sangat lah tinggi....
      Kalian bersholawat buat cari apa ?? syafaat nabi kan?? Nah kami yang jelas" keturunan muhammad dan lebih dekat dengan muhammad masa mau jauh jauh dengan syafaatnya,, nabi muhammad berkata"maka siapa yang mempertahankan keturunanku dan membela keturunanku akan aku beri syafaat kepadanya dan aku berkahi setiap keturunanya.


      Saya cuma ceritakan singkat saja,, kalo mau komen cari referensi yang lain, jangan asal bicara atau menjelekan ahlul bait, maaf kalo ada salah kata

      Hapus
    2. Berarti misalkan Syarifah nikah sama ahwal itu anak Syarifah ga bakal rosul anggap cucu gitu ???apa di buang sama rosul karena bapa nya ahwal???

      Hapus
  8. HUKUM HARAM PERNIKAHAN SYARIFAH SELAIN SAYYID DAN KAFA’AH SAYYID SELAIN SYARIFAH

    Dalam Alquran disebutkan bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa. Sebagai contoh para sahabat nabi, mereka adalah orang-orang yang mulia walaupun mereka bukan dari kalangan ahlul bait. Memang benar, bahwa mereka semuanya sama-sama bertaqwa, taat dan setia kepada Allah dan Rasul-Nya. Persamaan keutamaan itu disebabkan oleh amal kebajikannya masing-masing. Akan tetapi ada keutamaan yang tidak mungkin dimiliki oleh para sahabat nabi yang bukan ahlul bait. Sebab para anggota ahlul bait secara kodrati dan menurut fitrahnya telah mempunyai keutamaan karena hubungan darah dan keturunan dengan manusia pilihan Allah yaitu junjungan kita Nabi Muhammad saw. Hubungan biologis itu merupakan kenyataan yang tidak dapat disangkal dan tidak mungkin dapat diimbangi oleh orang lain. Lebih-lebih lagi setelah turunnya firman Allah swt dalam surah Al-Ahzab ayat 33 dan wasiat Rasulullah saw berupa hadits Tsaqalain, di samping itu beliau sendiri telah menegaskan:ياايهاالناس ان الفضل و الشرف و المنزلة و الولاية لرسول الله وذرّيته , فلا تذهبنّ الأباطيل”Hai manusia bahwasanya keutamaan, kemuliaan, kedudukan dan kepemimpinan ada pada Rasulullah dan keturunannya. Janganlah kalian diseret oleh kebatilan.”

    Walaupun para ahlil bait Rasulullah menurut dzatnya telah mempunyai keutamaan, namun Rasulullah tetap memberi dorongan kepada mereka supaya memperbesar ketaqwaan kepada Allah swt, jangan sampai mereka mengandalkan begitu saja hubungannya dengan beliau. Karena hubungan suci dan mulia itu saja tanpa disertai amal saleh tidak akan membawa mereka kepada martabat yang setinggi-tingginya di sisi Allah.

    Dengan keutamaan dzatiyah dan keutamaan amaliyah, para ahlul bait dan keturunan Rasul memiliki keutamaan ganda, keutamaan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Keutamaan ganda itulah (khususnya keutamaan dzatiyah) yang mendasari pelaksanaan kafa’ah di kalangan keturunan Rasullulah.

    Hadits-hadits lain yang menjadi dasar pelaksanaan kafa’ah adalah hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani, Al-Hakim dan Rafi’i:

    “…maka mereka itu keturunanku diciptakan (oleh Allah) dari darah dagingku dan dikaruniai pengertian serta pengetahuannku. Celakalah (neraka wail) bagi orang dari ummatku yang mendustakan keutamaan mereka dan memutuskan hubunganku dari mereka. Kepada mereka itu Allah tidak akan menurunkan syafa’atku.”

    BalasHapus
    Balasan
    1. Assalamualaikum, saya wanita ahwal...namun sy telah dipinang oleh ahlul bait tanpa persetujuan orangtuanya,,berdasarkan apa yg Anda paparkan saya ingin bertanya apakah saya tetap dianggap memutus nasab ahlul bait dgn rasulullah??? Apakah saya berdosa karena pada akhirnya saya membenci ahlul bait karena orang tua pria yg meminang saya telah menghina keluarga saya dan keturunannya dgn mengatakan bahwa keturunan ahwal itu keturunan "nggak bener" sehingga itu menyakiti perasaan saya? Mohon pencerahan

      Hapus
    2. Saya sayid tapi adik perempuan saya menikah dgn ahwal, menurut agama Islam yg paling penting taqwanya bukan nasab..karena nasab tidak bisa membuat kita mulia kalau amalan nya lambat. Berat kalau jadi sayid tapi tidak menjujunjung tinggi sunnah nabi malu jadinya

      Hapus
  9. kenapa wanita syarifah menikah dengan orang awam putus nasabnya( bukan syarifah/ sayyid lagi) mhn nasehatnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu hadis yang salah..itu hadist yang diselewengkan yang benar tuh kita berpedoman pada surat an-nisa ayat 22-23-24...baca olangan...habib tuh bukan nama keturunan tapi gelar untuk org yang mengerti agama.....tolol lo....

      Hapus
  10. Keturunan itu hanya ada di darah dan daging tetapi ruh jiwa tidak bisa diturunkan.
    Allah dan Rasulnya tdk pernah mengajarkan kasta seperti ini, anehnya keturunan nabi Muhammad yang membuat kasta: 1. Kasta Sayyid 2.Kasta non Sayyid.
    itu jelas seperti dalam Hindu Kastanya ada empat. menikah tdk boleh jika tdk sesama kasta.
    Ini adalah ajaran Rasis tdk bersumber dari Qur'an dan Hadits.

    BalasHapus
  11. Pada dasarnya ayat-ayat Al-Qur’an yang menyebutkan keutamaan dan kemuliaan ahlul bait secara umum merupakan dalil yang mendasari pelaksanaan kafa’ah dalam perkawinan syarifah. Begitu pula dengan ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an surah al-An’am ayat 87, berbunyi :
    ومن أبآئهم وذرّيّتهم وإخوانهم …
    (dan kami lebihkan pula derajat) sebagian dari bapak-bapak mereka, keturunan mereka dan saudara-saudara mereka …’
    TAFSIR ‘ALAWIYYAH TENTANG AYAT DI ATAS:
    Ayat di atas jelas memberitahukan bahwa antara keturunan para nabi, (khususnya keturunan Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi Wa Sallam), dengan keturunan lainnya terdapat perbedaan derajat keutamaan dan kemuliaan, hal ini didasari oleh sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi Wa Sallam yang ditulis dalam kitab Yanabbi’ al-Mawwadah :
    نحن اهل البيت لا يقاس بنا
    ‘Kami Ahlul Bait (Keturunan Rasulullah) tidaklah bisa dibandingkan dengan siapapun‘.
    Imam Ali bin Abi Thalib dalam kitab Nahj al-Balaghoh berkata, ‘Tiada seorang pun dari umat ini dapat dibandingkan dengan keluarga Nabi Muhammad ’Shallallaahu ‘alaihi Wa Sallam’. Imam Ali mengatakan bahwa tiada orang di dunia ini yang setaraf (sekufu’) dengan mereka, tiada pula orang yang dapat dianggap sama dengan mereka dalam hal kemuliaan.
    Imam At-Turmudzi meriwayatkan sebuah hadits berasal dari Sayyidina Abbas bin Abdul Mutthalib, ketika Rasulullah ditanya tentang kemuliaan silsilah mereka, beliau menjawab :
    ان الله خلق الخلق فجعلني في خيرهم من خيرهم قرنا ثم تخير القبائل فجعلني من خير قبيلة ثم تخير البيوت فجعلني من خيربيوتهم فأنا خيرهم نفسا و خيرهم بيتا
    ‘Allah menciptakan manusia dan telah menciptakan diriku yang berasal dari jenis kelompok manusia terbaik pada waktu yang terbaik. Kemudian Allah menciptakan kabilah-kabilah terbaik, dan menjadikan diriku dari kabilah yang terbaik. Lalu Allah menciptakan keluarga-keluarga terbaik dan menjadikan diriku dari keluarga yang paling baik. Akulah orang yang terbaik di kalangan mereka, baik dari segi pribadi maupun dari segi silsilah‘.

    BalasHapus
    Balasan
    1. jadi selain keturunan nabi muhamad adalah manusia bernajis...percuma keturunan adam hidup kalau tidak di akui didunia..hanya sebagai najis.......

      Hapus
    2. Kafaah dalam Sejarah

      Sebelum Islam, posisi wanita bisa dikatakan tertindas. Di zaman Arab jahiliah, wanita dianggap sangat rendah apalagi wanita ‘ajam (non-Arab). Sedangkan di zaman Persia (jahiliah), wanita kalangan kekaisaran dianggap sangat mulia sehingga mereka lebih memilih menikah sedarah demi menjaga kemuliaan tersebut.

      Ketika Islam datang, semua itu dirubah. Ayat-ayat yang turun mengenai pernikahan tidak menyinggung kafaah nasab, suku atau warna kulit, tapi terkait agama sekaligus akhlak. Sehingga Nabi saw. bersabda, “Bila ada seorang lelaki memuaskan dalam agama dan akhlak, maka terimalah lamaran kawinnya…”

      Sejarah mencatat beberapa pernikahan berikut: Zaid bin Haritsah (bekas budak Nabi) menikah dengan Zainab binti Jahsy (bangsawan Quraisy); Usamah bin Zaid bin Haritsah (bekas budak) menikah dengan Fatimah binti Qais (bangsawan Quraisy); Bilal (sahabat berkebangsaan Ethiopia) menikah dengan saudara perempuan Abdurrahman bin Auf (Quraisy).
      Kafaah dalam Fikih

      Nah, dibagian fikih inilah yang menurut saya menjadi menarik: mazhab ahlusunah (selain Maliki) menganggap pernikahan syarifah dengan non-sayid adalah tidak sekufu (tidak setara meskipun sah), sedangkan Syiah yang notabene mengikuti mazhab ahlulbait menyatakan pernikahan seperti itu adalah kufu.

      M. Hasyim Assagaf dalam bukunya yang kontroversial memberikan uraian mengenai kafaah dalam fikih ahlusunah sebagai berikut:
      Mazhab Hanafi: Kafaah adalah kesepadanan si lelaki bagi wanita dalam hal nasab, Islam, pekerjaan, kemerdekaan, keagamaan, dan harta. Kafaah berlaku bagi lelaki, tidak pada pihak perempuan. Lelaki boleh menikah dengan siapa saja.
      Mazhab Maliki: Kafaah dibagi menjadi dua; pertama, keagamaan dan kedua, bebas dari aib yang ditentukan perempuan. Kafaah dalam hal harta, kemerdekaan, nasab, dan pekerjaan, tidaklah mu’tabar (diakui). Apabila seorang lelaki rendahan menikah dengan perempuan mulia (syarifah) maka sah.
      Mazhab Syafii: Kafaah adalah nasab, agama, kemerdekaan, dan khifah (profesi). Bani Hasyim hanya kufu’ antara sesama mereka sendiri. Kafaah merupakan syarat bagi sahnya nikah bila tiada kerelaan, dan hal itu adalah hak perempuan dan walinya bersama-sama.
      Mazhab Hambali: Kafaah adalah kesamaan dalam lima hal; keagamaan, pekerjaan, kelapangan dalam harta, kemerdekaan, nasab.

      Serupa dengan mazhab Maliki, mazhab Syiah Ja’fari pun tidak mengenal kafaah dalam hal nasab. Disebutkan bahwa Imam Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Manusia itu kufu antara sesama manusia, Arab dan ‘ajam, Quraisy dan Bani Hasyim, bila mereka telah Islam dan beriman.” Itu semua merupakan bahasan fikih.

      Hapus
  12. Imam Baihaqi, Abu Nu’aim dan Tabrani meriwayatkan dari Aisyah, Disebutkan bahwa Jibril ‘Alaihis Salam pernah berkata :
    قال لى جبريل : قلبت مشارق الارض ومغاربها فلم أجد رجلا افضل من محمد وقلبت مشارق الارض ومغاربها فلم أجد بنى أب أفضل من بني هلشم
    ‘Jibril berkata kepadaku : Aku membolak balikkan bumi, antara Timur dan Barat, tetapi aku tidak menemukan seseorang yang lebih utama daripada Muhammad saw dan akupun tidak melihat keturunan yang lebih utama daripada keturunan Bani Hasyim’.
    Dalam Al-Quran disebutkan bahwa manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa. Sebagai contoh para sahabat nabi, mereka adalah orang-orang yang mulia walaupun mereka bukan dari kalangan Ahlul Al-bait. Memang benar, bahwa mereka semuanya sama-sama bertaqwa, taat dan setia kepada Allah dan Rasul-Nya. Persamaan keutamaan itu disebabkan oleh amal kebajikannya masing-masing.
    Akan tetapi ada keutamaan yang tidak mungkin dimiliki oleh para sahabat nabi yang bukan Ahlul Al-bait. Sebab para anggota ahlul bait secara kodrati dan menurut fitrahnya telah mempunyai keutamaan karena hubungan darah dan keturunan dengan manusia pilihan Allah yaitu nabi Muhammad saw. Hubungan biologis itu merupakan kenyataan yang tidak dapat disangkal dan tidak mungkin dapat diimbangi oleh orang lain. Lebih-lebih lagi setelah turunnya firman Allah swt dalam surah Al-Ahzab ayat 33 yang berbunyi :
    kamu sebersih إنّما يريد الله ليذهب عنكم الرّجس اهل البيت ويطهّركم تطهيرا
    ‘Sesungguhnya Allah swt bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlu al-bait dan membersihkan -bersihnya‘.
    Di samping itu Rasulullah saw telah menegaskan dalam sabdanya :
    ياأيهاالناس إن الفضل والشرف والمنزلة والولاية لرسول الله وذريته فلا تذ هبن الأباطيل
    Hai manusia bahwasanya keutamaan, kemuliaan, kedudukan, derajat dan kepemimpinan ada pada
    Rasulullah Rasulullah dan keturunannya. Janganlah kalian diseret oleh kebatilan’. ‘
    Dengan keutamaan dzatiyah dan keutamaan amaliyah, para ahlul bait dan keturunan rasul memiliki keutamaan ganda, keutamaan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Keutamaan ganda itulah (khususnya keutamaan dzatiyah) yang mendasari pelaksanaan kafa’ah di kalangan keturunan Rasullulah.
    Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai kafa’ah syarifah, marilah kita perhatikan hadits yang menceritakan tentang adanya kafa’ah di kalangan wanita Arab.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Syariat Islam tidak pernah menyebutkan adanya perbedaan kedudukan hukum antara bangsa arab dan bukan arab. Sebab semua adalah manusia ciptaan Allah SWT. Banyak dari orang ayab yang kalah imannya dari bukan arab. Kearaban sama sekali bukan jaminan keimanan. Dan kebukan-araban juga bukan ukuran ketidak-imanan banyak contoh....keturunan tukang ngebom...GX JELAS APA alasanNYA

      Hapus
    2. Bisakah Al-Ahzab 33 itu ditafsirkan secara lengkap... jangan sepotong-sepotong...

      Hapus
    3. Surah Al-Ahzab 33 itu diterjemahkan dulu secara lengkap ... baru tolong dijelaskan tafsirnya secara lengkap.. tolong y...

      Hapus
    4. Siapa yg dimaksud dengan Ahlul bait yg ada di Al-Ahzab 33... kan ada asbabun nuzulnya tuh tolong y... kalau sepotong-sepotong nanti ujung2nya kita bisa sesat semua di sini...

      Hapus
    5. Sanad hadistnya juga dari siapa??? jelas2... biar orang2 ngk pada bingung... Kunci Palsu atau tidaknya hadist itu bisa dilihat dari sanadnya... yg lebih utama adalh tidak bertentangan dengan Al-qur'an dan suri tauladan Rasulullah SAW

      Hapus
  13. Telah diceritakan dalam kitab Syarah al-Wasith bahwa Umar bin Khattab akan menikahkan anak perempuannya kepada Salman al-Farisi, kemudian berita tersebut sampai kepada Amr bin Ash, dan beliau berkata kepada Salman : Saya lebih setara (sekufu’) dari pada engkau. Maka Salman berkata : Bergembiralah engkau. Dan selanjutnya dengan sikap tawadhu’ Salman berkata : Demi Allah, saya tidak akan menikah dengan dia selamanya.
    Ketika Salman al-Farisi hendak sholat bersama Jarir, salah satu sahabatnya yang berasal dari bangsa Arab, Salman dipersilahkan menjadi imam sholat, kemudian Salman al-Farisi berkata : ‘Tidak ! engkaulah yang harus menjadi imam. Wahai bangsa Arab ( Ahlul Al-bait ), sesungguhnya kami tidak boleh mengimami kamu dalam sholat dan tidak boleh menikahi wanita-wanita kamu. Sesungguhnya Allah swt telah memelihara kamu atas kami disebabkan kemuliaan Muhammad saw yang telah diciptakan dari kalangan kamu’.
    sebagaimana hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Salman al-Farisi , :
    نهانا رسول الله أن نتقدم أمامكم أو ننكح نساءكم
    ‘Sesungguhnya Rasulullah telah melarang kami untuk memimpin (mengimami) kamu ( Ahlul Al-Bait ) atau menikahi wanita-wanita kamu ( syarifah ).”
    Dari hadits tersebut jelaslah bahwa di kalangan wanita Arab ( syarifa/sayyidah/habibah ) telah ada kafa’ah nasab dalam perkawinan. Hal tersebut dibuktikan oleh penolakan Salman al-Farisi yang berasal dari Persi (Ajam/ahwal) ketika hendak dinikahkan dengan wanita Arab Syarifah. Jika dalam pernikahan wanita Arab Syarifah dengan lelaki non Arab Ajam/Ahwal saja telah ada kafa’ah, apalagi halnya dengan kafa’ah dalam pernikahan antara syarifah dimana mereka adalah wanita Arab yang mempunyai kemuliaan dan keutamaan. Kemuliaan dan keutamaan yang didapatkan tersebut dikarenakan mereka adalah keturunan Rasulullah saw.

    BalasHapus
  14. Sedangkan hadits Rasulullah yang memberikan dasar pelaksanaan kafa’ah syarifah adalah hadits tentang peristiwa pernikahan Siti Fathimah dengan Ali bin Abi Thalib, sebagaimana kita telah ketahui bahwa mereka berdua adalah manusia suci yang telah dinikahkan Rasulullah saw berdasarkan wahyu Allah swt . Dalam kitab Makarim al-Akhlaq terdapat hadits yang berbunyi :
    إنما انا بشر مثلكم أتزوّج فيكم وأزوّجكم إلا فاطمة فإن تزويجها نزل من السّماء , ونظر رسول الله إلى أولاد علي وجعفر فقال بناتنا لبنينا وبنونا لبناتنا
    ‘Sesungguhnya aku hanya seorang manusia biasa yang kawin dengan kalian dan mengawinkan anak-anakku kepada kalian, kecuali perkawinan anakku Fathimah. Sesungguhnya perkawinan Fathimah adalah perintah yang diturunkan dari langit (telah ditentukan oleh Allah swt). Kemudian Rasulullah memandang kepada anak-anak Ali dan anak-anak Ja’far, dan beliau berkata : Anak-anak perempuan kami hanya menikah dengan anak-anak laki kami, dan anak-anak laki kami hanya menikah dengan anak-anak perempuan kami’.
    Menurut hadits di atas dapat kita ketahui bahwa : Anak-anak perempuan kami (sayidah/syarifah) menikah dengan anak-anak laki kami (sayid/syarif), begitu pula sebaliknya
    Hal itu pula yang mendasari para keluarga Alawiyin menjaga anak puterinya untuk tetap menikah dengan laki-laki yang sekufu sampai saat ini.
    Para ulama Alawiyin mempunyai sifat talazum (tidak menyimpang) dari alquran dan seruannya, mereka tidak akan berpisah meninggalkan alquran sampai hari kiamat sebagaimana hadits menyebutkan mereka sebagai padanan alquran, dan mereka juga sebagai bahtera penyelamat serta sebagai pintu pengampunan. Rasulullah mensifatkan mereka ibarat bingkai yang menyatukan umat ini. Berpegang pada mereka dan berjalan di atas jalan mereka adalah jaminan keselamatan dan tidak adanya perpecahan serta perselisihan, sebagaimana hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas :
    النجوم أمان لأهل السماء وأهل بيتي أمان لأهل العرض
    ‘Bintang-bintang adalah sebagai pengaman bagi penduduk bumi dari tenggelam (di lautan) dan ahlil baitku sebagai pengaman bagi penduduk bumi (dari perselisihan)‘.
    Tidaklah alquran memperkenalkan mereka kepada umat, melainkan agar umat itu memahami kedudukan mereka (dalam Islam) serta agar umat mengikuti dan menjadikan mereka rujukan dalam memahami syariah, mengambil hukum-hukumnya dari mereka.
    Kepada siapapun yang mempunyai pikiran bahwa ulama Alawiyin yang melaksanakan pernikahan antara syarifah dengan sayid berdasarkan adat semata-mata, dianjurkan untuk beristighfar dan mengkaji kembali mengapa para ulama Alawiyin mewajibkan pernikahan tersebut, hal itu bertujuan agar kemuliaan dan keutamaan mereka sebagai keturunan Rasulullah saw yang telah ditetapkan dalam alquran dan hadits Nabi saw, tetap berada pada diri mereka. Sebaliknya, jika telah terjadi pernikahan antara syarifah dengan lelaki yang bukan sayid, maka anak keturunan selanjutnya adalah bukan sayid, hal itu disebabkan karena anak mengikuti garis ayahnya, akibatnya keutamaan serta kemuliaan yang khusus dikarunia oleh Allah swt untuk ahlul bait dan keturunannya tidak dapat disandang oleh anak cucu keturunan seorang syarifah yang menikah dengan lelaki yang bukan sayid.

    BalasHapus
    Balasan
    1. baca surat an-nisa ayt 22-23
      22- Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).

      23- Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
      yang dimaksud saudara2 itu apa?..berarti yang satu darah dilarang menikah.....harom bib...

      Hapus
  15. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  16. bagaimana pendapat anda tentang yg hadis , riwayat n mnurut yg trtuliskn d dlm alqur'an yg d jlaskn d atas??
    dan saya mw tanyakan bukankah anak siti fatimah az-zahrah laki-laki? hasan dan husain dari prnikahan siti fatimah dgn ali bin abi thalib yang juga swdara rasulullah)?jika memang ada anak siti fatimah yg prempuan selain anak laki"nya hasan n husain siapa nama anak perempuan itu (syarifah)yang di nikahkan dengan seorang ahwal dan siapa nama ayah si syarifah trsebut?? dan siapa nama si ahwal jga siapa nama ayah si ahwal? dan apa tanggapan rasulullah mengenai hal ini?

    mohon maaf dan terima kasih...

    BalasHapus
  17. bagaimana pendapat anda tentang yg hadis , riwayat n mnurut yg trtuliskn d dlm alqur'an yg d jlaskn d atas??
    dan saya mw tanyakan bukankah anak siti fatimah az-zahrah laki-laki? hasan dan husain dari prnikahan siti fatimah dgn ali bin abi thalib yang juga swdara rasulullah)?jika memang ada anak siti fatimah yg prempuan selain anak laki"nya hasan n husain siapa nama anak perempuan itu (syarifah)yang di nikahkan dengan seorang ahwal dan siapa nama ayah si syarifah trsebut?? dan siapa nama si ahwal jga siapa nama ayah si ahwal? dan apa tanggapan rasulullah mengenai hal ini (pernikahan antara syarifah dgn ahwal?

    mohon maaf dan terima kasih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. jika yg dimaksud adalah nur Muhammad, maka seluruh ciptaan (makhluq) adalah dari nur Muhammad.
      hadis Qudsiy riwayat ibn abbas: Kalau bukan karena Muhammad tak kuciptakan Adam, tak pula Surga dan tak pula.... hingga akhir hadits.
      rwyt Imam Hakim dan hadits inipun diakui dan disahkan oleh Imam Assubki dalam kitabnya Syifaus siqom, dan Imam Bulqaini pada Fatwanya.
      dan juga hadis riwayat ibn Abbas dengan makna serupa rwyt Imam Addailami fi musnadihi.

      Mengenai bahwa Allah menciptakan segala sesuatu untuk/sebagai hadiah bagi Muhammad saw dapat dilihat pd Musnad Imam Hakim dg sanad shahih.

      tapi jika yg di maksud adalah ahlul bait dan dzurriyah, maka...

      Nisa dari kalangan dzurriyah lebih banyak dari pria, lalu apa solusinya?, dan bagaimana dengan pria nya yg tak mau berpoligami dan nisa nya yg menentang poligami?, lalu bagaimana dengan mereka yg tak mendapatkan suami?,

      Tentunya mesti ada penyelesaian dalam hal ini, dan kini yg dipermasalahkan adalah bagaimana caranya Banat Zahra terjaga oleh orang yg baik baik, walaupun bukan dari dzurriyyah, maka peringkatnya adalah menikah dg dzurriyyah, lalu bila tidak berhasil mendapatkannya maka peringkat selanjutnya adalah menikah dg pria yg baik baik,

      Karena mengharamkan wanita menikah adalah perbuatan yg mungkar,

      Mengenai fatwa fatwa dari para ulama yg menyebutkan ( melarang orang-orang yang bukan dari gol.ahlul baith yang menikahi ahlulbait (syarifah) yang nantinya akan memutuskan dzuriah rosul) adalah fatwa di masa mereka yg saat itu jumlah pria dan wanita masih berimbang, dan pria dari kalangan dzurriyah adalah pria yg shalih dan ditarbiyyah dg tarbiyah yg luhur,

      Ini adalah pendapat Guru Mulia Alhabib Umar bin Hafidh yg saya langsung menanyakannya, demikian pula fatwa Mufti Hadramaut Alhabib Ali Masyhur bin Hafidh


      Lalu, bagaimana jika kita menikahi syarifah? apakah harus mendapat restu dari seluruh habaib sedunia?

      Imam Syafii dan Madzhab Syafii berpendapat pernikahan antara keturunan Rasul saw dengan yg bukan dzurriyah adalah tidak kufu, Imam Syafii juga menganggap tidak kufu pernikahan antara orang miskin dan orang kaya,

      mengapa?, jangan berprasangka buruk dulu terhadap Imam besar ini, sungguh Imam Syafii melihat ketika seorang wanita miskin menikah dengan pria yg kaya, maka sering terjadi sang wanita tersiksa, tak terbiasa mengikuti adat suaminya yg mewah, makanannya, cara bergaulnya, maka jadilah si istri terhina dan dianggap kampungan oleh keluarga suami, hal ini hampir selalu terjadi.

      sebaliknya ketika seorang pria miskin menikahi wanita kaya, maka ia tak akan mampu menutupi kebutuhan istrinya, maka istri harus menahan diri dan tersiksa demi menyesuaikan diri dg pria/suami yg miskin,

      disinilah Imam syafii mengatakan pernikahanya tidak kufu, demi menjaga kelansgungan asri nya rumah tangga itu sendiri.

      dan juga pernikahan wanita syarifah dg pria yg bukan dzurriyyah akan memutus jalur keturunan Rasul shallallahu alaihi wasallam, semestinya keturunan Rasul shallallahu alaihi wasallam dilestarikan dan dijaga, sebagaimana firman Allah ta'ala : "Katakanlah wahai Muhammad, aku tak meminta pada kalian upah bayaran atas jasa ini, terkecuali kasih sayang kalian pada keluargaku" (QS Assyuura 23).

      namun wanita syarifah sah menikah dg pria yg bukan Dzurriyyah bila walinya setuju dan wanita itu sendiri setuju, namun ada pendapat yg mengatakan yg dimaksud walinya adalah bukan ayahnya saja, tapi semua dzurriyah yg ada dimuka bumi,

      namun pendapat yg mu'tamad (dipegang) oleh ulama kita saat ini adalah cukup disetujui oleh wanita tsb dan walinya.

      Hapus
  18. surat an-nisa ayat 22-23
    22- Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).

    23- Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

    BalasHapus
  19. Saran saya .. kalian yg ngaku keturunan rasul allah ... kan kalian ini sudah berjuta banyak nya di Indonesia ini ... terus dah pinter pinter .. kaya kaya pula .. gini ja .. ya kalian itu bersatu padu .. lalu beli sebuah pulau di indonesia ini ( pulau di indonesia ini beribu banyak nya loh ) .. lalu tempati dgn semua marga kalian .. bikin sistem kemasyarakatan sendiri .. hukum - hukum adat sendiri ..ekonomi sendiri dan pada akhirnya jadi punya NEGARA sendiri . kan enak gitu ..kalian nggak akan di ganggu lagi oleh orang di luar suku kalian .. aman dan tentram hidup kalian .. .
    dan jadilah mercusuar ISLAM .. yg kan menerangi DUNIA ini .
    apa nggak malu gitu loh ngaku sesuatu bangsa yg khusus di dunia ini tapi tidak punya tanah sendiri . ke arab nggak di akuin orang sebagai arab .. ke hadramaut nggak nyaman lalu cari tanah baru yaitu tanah nenek moyang kami INDONESIA .tp nggak mau di bilang orang Indonesia ..
    KALIAN tahu kan YAHUDI .. kalian kalau di liat dari sisi bangsa .. jadi nggak jauh berbeda dgn bangsa yahudi yaitu bangsa yg sering berpindah , terusir , menjelajah .. tp yahudi enak dia dapet tanah dan di akui dunia tanah mereka dgn di beri pengakuan sebagai negara yaitu ISRAEL .. nah kalian ini .. punya apa .. CUMA punya gaung saja .. andai INDONESIA INI manusia nya tidak berkarakter lembut .. yg mana misal TUHAN mentakdirkan manusia manusia INDONESIA ini berkarakter seperti EROPA atau ARAB juga .. mungkin sampai saat ini kalian hanyalah bangsa terusir dari satu tanah ke tanah lainnya .
    jadi SADARLAH .. semua manusia itu sama di mata ALLAH dan banyak banyak bersyukur telah di terima dan di beri kenyamana dan keamanan di tanah nenek moyang kami ini . INDONESIA .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baca sejarah dulu sebelum berkomentar seperti orang gak pernah sekolah saja

      Hapus
  20. gk ad yang jelas nh penjelasannya...mlenceng semua dari topik "kenapa syarifah/sayid dilarang menikah dengan ahwal"

    hukumny ap bagi kedua pihak bila pernikahan tersebut terjadi?
    ap sudah ada yang pernah merasakannya..
    yang jelas jawabny y om habib

    BalasHapus
  21. Ini kutipan dari khutbah Terakhir Nabi Muhammad SAW di lembah uranah arafat tanggal 9 julhijah 10 H

    Wahai manusia, dengarkan aku dengan sungguh-sungguh,
    beribadahlah kepada
    ALLAH, shalatlah lima waktu dalam sehari, puasalah
    dalam bulan Ramadhan, dan
    berikanlah hartamu dalam bentuk zakat. Kerjakan haji
    jika kamu mampu. Semua
    manusia berasal dari Adam dan Hawa, seorang Arab
    tidak memiliki kelebihan
    diatas non-Arab, dan seorang non-Arab tidak memiliki
    kelebihan diatas Arab;
    juga seorang putih tidak memiliki kelebihan diatas
    seorang hitam, tidak juga
    seorang hitam memiliki kelebihan atas orang putih,
    kecuali dalam ketakwaan
    dan ibadahnya. Camkanlah bahwa setiap muslim adalah
    saudara bagi setiap
    muslim dan bahwa umat Islam merupakan suatu
    persaudaraan.

    dari Khutbah terakhir Rasulullah jelas bahwa kita ini anak cucu Adam AS..dan tiada perbedaan diantara Arab dan bukan Arab ..karena Islam merupakan suatu Persaudaraan....

    BalasHapus
  22. AHLUL BAIT, CELAH ANTARA SUNNI DAN SYIAH

    Dlm Al Quran yang menyebut ‘ahlulbait’, rasanya ada 3 (tiga) ayat dan 3 surat.

    1. QS. 11:73: Para Malaikat itu berkata: “Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah”.

    2. QS. 28:12: Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusukan(nya) sebelum itu; maka berkatalah Saudara Musa: ‘Maukahkamu aku tunjukkan kepadamu ‘ahlulbait’ yang akan memeliharanya untukmu, dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?

    3. QS. 33:33: “…Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu ‘ahlulbait’ dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”.

    Ayat ini jika dikaitkan dengan ayat sebelumnya QS. 33: 28, 30 dan 32, maka makna para ahlulbait adalah para isteri Nabi Muhammad SAW.

    Sedangkan ditinjau dari sesudah ayat 33 yakni QS. 33:34, 37 dan 40 maka penggambaran ahlulbaitnya mencakup keluarga besar Nabi Muhammad SAW. para isteri dan anak-anak beliau.

    Jika kita kaitkan dengan makna ketiga ayat di atas dan bukan hanya QS. 33:33, maka lingkup ahlul bait tersebut sifatnya menjadi universal terdiri dari:

    1. Kedua orang tua Saidina Muhammad SAW.

    2. Saudara kandung Saidina Muhammad SAW.

    3. Isteri-isteri beliau.

    4. Anak-anak beliau baik perempuan maupun laki-laki. Khusus anak lelaki beliau yang berhak menurunkan ‘nasab’-nya, sayangnya tak ada yang hidup sampai anaknya dewasa.

    Bagaimana tentang pewaris tahta ‘ahlul bait’ dari Bunda Fatimah?. Ya jika merujuk pada QS. 33:4-5, jelas bahwa Islam tidaklah mengambil garis nasab dari perempuan kecuali bagi Nabi Isa Al Masih yakni bin Maryam. ya jika merujuk pada Al Quran maka anak Bunda Fatimah dengan Saidina Ali tidaklah bisa mewariskan nasab Saidina Muhammad SAW.
    Bagaimana Saidina Ali bin Abi Thalib, anak paman Saidina Muhammad SAW, ya jika merujuk pada ayat-ayat ahlul bait pastilah beliau bukan termasuk kelompok ahlul bait. Jadi, anak Saidina Ali bin Abi Thalib baik anak lelakinya mapun perempuan, otomatis tidaklah dapat mewarisi tahta ‘ahlul bait’.

    Kesimpulan dari tulisan di atas, maka pewaris tahta ‘ahlul bait’ yang terakhir hanya tinggal bunda Fatimah. Berarti anaknya Saidina Hasan dan Husein bukanlah pewaris tahta AHLUL BAIT.

    Dengan demikian sudah waktunya kita menutup debat dan perbincangan masalah Ahlul Bait ini. Fihak-fihak baik kelompok sunni, habaib maupun kelompok syiah yang selama ini saling mengklaim bahwa mereka adalah keturunan ahlul bait itu, sebenarnya ridak ada haknya sebagai pewaris ahlul bait akibatnya telah menimbulkan peruncingan hubungan sesama Muslim.

    BalasHapus
  23. Assalamu Alaikum,
    Maaf, yg menjadi persoalan adalah benarkah yg mengaku kekasih Allah (habibAllah) adalah keturunan Ahlul Bait yg haqiqi ? Seberapa kuatkah dalil2 atau bukti2 yg haq ? Tolong dijelaskan kerena Allah, tanpa takut kehilangan lahan duniawi bagi para Habib…. Dan terima kasih kerana Allah.

    BalasHapus
  24. Sekali lagi maaf, menurut cerita suami ane, bahwa yg mengklaim diri sebagai habib adalah kelompok orang2 persia dari daerah pegunungan Harran di Iraq (dekat perbatasan Iraq-Iran) yg terkenal gemar mempelajari Kitab2 agama samawi. Kemudian ada yg hijrah ke Hadramaut (Yaman Selatan) dgn mengklaim diri sebagai keturunan sayyidina Husen bin Ali bin Abi Thalib RadhiAllahu anhu (walaupun tanpa bukti yg kuat, sbb katanya mereka sendiri yg membuktikan tanpa disaksikan oleh orang2 Hadramaut) agar bisa diterima oleh orang2 Hadramaut. Dgn membuat manuver2/issue2 Ahmad bin Isa AlMuhajir (ya jelas muhajir sbb mereka orang2 yg hijrah).
    Ternyata mereka diterima di Hadramaut dgn alasan demi keamanan mereka, pertamanya di-ijinkan tinggal di Tarim, Lama2 berkembang biak menjadi banyak. Berhubung mereka bukan orang arab, maka mereka tidak punya nama marga. Kemudian mereka membuat marga sediri yaitu Ba'Alwi, dan dari marga Ba'Alwi berkembang dan menyebar menjadi Bin Sekh Abubakar, Al-Attas, AsSegaff, BaSyeiban, AlHamid dan lain2 menjadi 114 Marga.

    Dari rasa takut ketahuan kedoknya, bahwa mereka adalah keturunan Ahlul-Bait palsu, maka mereka :

    Rajin membuat catatan silsilah2 mereka sendiri yg di-kait2-kan pada Sayyidina Husein Bin Ali Bin Abu Thalib RadhiAllahu-anhu tanpa disaksikan oleh orang lain.(maksudnya untuk mencari legitimasi).

    Banyak juga yg bekerja sama dgn jin untuk mendapatkan kelebihan/kehebatan se-olah2 mereka mendapat karomah, agar dianggap WaliAllah.

    Dalam berpropanganda, mereka selalu bekerja sama saling dukung mendukung dalam pemberian bumbu2 issue yg selalu mereka ciptakan agar menuver2 tsb enak didengar. Sbb mayoritas dari mereka adalah ahli kalam (pandai bersilat-lidah).

    Kemudian sebagian dari marga2 Ba'alwi tsb ada yg hijrah mengikuti pedagang2 Hadramaut ke negara2 yg pengetahuan Islamnya masih lemah, spt India, Malaisia, Indonesia, dsb.
    Dgn mengklaim diri sebagai Ahlul Bait (keluarga RosulAllah) dgn bukti2 yg mereka buat sendiri (spt kakek2 mereka sewaktu datang ke Hadramaut)agar mendapat lahan penghormatan dari penduduk setempat dan sampai sekarang masih dilanjutkan oleh cucu2 mereka.....

    Menurut pengamatan ane :

    1. Ahlul Bait(keturunan dan nenek moyang RosulAllah), tidak akan ada satupun diantaranya yg berbuat maksiat.(coba dipelajari mulai dari Nabi Ibrahim Alaihi Salam).

    2. Jika para habib atau Ba'alwi benar mempunyai bukti2 yg kongkrit bahwa mereka adalah keturunan Sayyidina Husein Bin Ali Bin Abu Thalib RodhiAllahu-anhu :

    Kenapa mereka tidak berani mengklaim diri sebagai Ahlul Bait di Mekkah yg nota bene tempat asal-usul Ahlul Bait ??? Kok malahan dendam/memusuhi para Ulama' Mekkah/Madinah malah sampai memfitnah sbg aliran Wahabi, padahal aliran Wahabi adalah ajaran sesat Abd.Wahab bin Abd.Rahman Rustum di Marokko yg ber-abad2 sebelum ada Ulama Besar Saudi yg bernama Mohammad bin Abd.Wahab (=Pemberantas syirik dan bid'ah)

    Kenapa mereka gemar membuat ritual2 yg tidak di-ajarkan oleh RosulAllah ? Se-olah2 ajaran RosulAllah tidak komplit, dgn dalih cinta RosulAllah ?

    3. Sewaktu pecah perang teluk 1990, kenapa semua para habib atau Ba'alwi berpihak pada Iran yg jelas2 Syi'ah dan selalu mengkhinati Ahlul Bait ?
    Ini membuktikan bahwa nenek moyang mereka adalah orang2 persia yg berada di Harran-Iraq.


    Wahai para habib atau para Ba'alwi, katakanlah yg haq adalah haq, katakanlah yg bathil adalah bathil. Sebab tanggung jawab pada Allah sangat berat.

    Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
    ليس مِن رجلٍ ادَّعى لغير أبيه وهو يَعلَمه إلاَّ كفر بالله، ومَن ادَّعى قوماً ليس له فيهم نسبٌ فليتبوَّأ مقعَدَه من النار ))، رواه البخاريُّ (3508)، ومسلم (112)، واللفظ للبخاري

    “Tidak ada seorangpun yang mengaku (orang lain) sebagai ayahnya, padahal dia tahu (kalau bukan ayahnya), melainkan telah kufur (nikmat) kepada Allah. Orang yang mengaku-ngaku keturunan dari sebuah kaum, padahal bukan, maka siapkanlah tempat duduknya di neraka” (HR. Bukhari dan Muslim).

    BalasHapus
  25. KALAU ADMIN SITUS INI BENAR2 AMANAH, TIDAK AKAN MENGHAPUS KOMENTAR SAYA.... TERIMA KASIH

    BalasHapus
  26. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  27. Ya Rasulullah lihatlah kami, lihatlah kami, lihatlah kami, apakah ini upaya syaitan yang ingin memutuskan garis keturunan DariMu.
    #keturunan segaf

    BalasHapus
  28. Bagaimana pendapat anda terhadap syarif yang menikah dengan ahwal ?

    BalasHapus
  29. 10 Kasus wanita Ahlulbayt menikah dengan non ahlulbayt

    1. Ruqayyah binti Muhammad Rasulillah, menikah dengan Utsman bin Affan.
    2. Ummu Kultsum binti Muhammad Rasulillah, menikah dengan Utsman bin Affan.
    3. Zainab binti Muhammad Rasulillah, menikah dengan Abul ‘Ash.
    4. Ummu Kultsum bin Fathimah binti Muhammad Rasulillah, menikah dengan Umar bin La-Khatthab.
    5. Sukainah binti Husain bin Fathimah binti Muhammad Rasulillah, menikah dengan Zaid bin Umar bin Utsman bin Affan.
    6. Fathimah binti Husain bin Fathimah binti Muhammad Rasulillah, menikah dengan Abdullah bin Amr bin Utsman bin Affan.
    7. Fathimah binti Ali Zainal Abidin bin Husain bin Fathimah binti Muhammad Rasulillah, menikah dengan Al-Mundzir bin Zubair bin Al-Awam.
    8. Idah binti Ali Zainal Abidin bin Husain bin Fathimah binti Muhammad Rasulillah, menikah dengan Nuh bin Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah.
    9. Fathimah binti Hasan Al-Mutsanna bin Hasan bin Fathimah binti Muhammad Rasulillah, menikah dengan Ayyub bin Maslamah Al-Makhzumi.
    10. Ummul Qasim binti Hasan Al-Mutsanna bin Hasan bin Fathimah binti Muhammad Rasulillah, menikah dengan Marwan bin Aban bin Utsman bin Affan.

    inilah sebagai contoh yang di ajarkan Baginda Rasulillah SAW…..apa lagi dengan ekstrimnya mereka mengatakan..jikalau ada syarifah yang menikah dengan non sayyid maka pernikahan mereka tidaklah sah /tidak akan mendapat syafaat dari Rasulullah….sungguh ironis sekali….apakah mereka berani menjawab bahwa pernikahan yang terjadi diatas boleh dikatakan tidak sah atau atau tidak akan mendapat syafaat Rasulullah…..semoga jadi perenungan bagi kita semua…kita berpegang kepada Al Quran yang dijamin keasliannya oleh Allah SWT..sedangkan hadist2..banyak yang lemah cacat..dan juga yang palsu...hati2 dengan tipu daya setan..karena sifat angkuh, sombong, merasa derajatnya lebih tinggi lebih mulia itu adalah sifat iblis....jayalah Islam ku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf tp bkn kah rasullullah saw mohon pd Allah zuriah yg lahir dr Fatimah az zahra sbgai keturunan baginda. Hanya dr fatimah az zahra. Wallahuallam

      Hapus
    2. Rasulullah Saw bersabda:



      كل بنى أنثى فان عصبتهم لآبيهم ما خلا ولد فاطمة

      فانى أنا عصبتهم وأنا أبوهم. ( رواه الطبرانى )



      “Semua bani Untsa (manusia) mempunyai ikatan keturunan keayahnya, kecuali anak-anak Fathimah, maka kepadakulah bersambung ikatan keturunan mereka dan akulah ayah-ayah mereka.”
      (HR. At Tobroni)

      Imam Suyuti dalam kitab Aljamik As Shohir juz 2 halaman 92 menerangkan, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:

      كل بنى أدم ينتمون الى عصبة الا ولد فاطمة فأنا وليهم
      وأنا عصبتهم. ( رواه الطبرانى وأبو يعلى )


      “Semua Bani Adam (manusia) mempunyai ikatan keturunan dari ayah, kecuali anak-anak Fathimah, maka akulah ayah mereka dan akulah Asobah mereka (ikatan keturunan mereka).”

      (HR. At Tobroni dan Abu Ya’la)


      Begitu pula Syech Muhammad Abduh dalam tafsir Al Manar menerangkan, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:


      كل ولد ادم عصبتهم لأبيهم ما خلا ولد فاطمة

      فأنى أبوهم وعصبتهم.


      “Semua anak Adam (manusia) bernasab (ikatan keturunan) keayahnya, kecuali anak-anak Fathimah, maka akulah ayah mereka dan akulah yang menurunkan mereka.”

      Itulah sebabnya, mengapa keturunan Siti Fathimah ra disebut Zurriyyaturrasul atau keturunan Rasulullah SAW.
      Keistimewaan yang lain dari keturunan Siti Fathimah ra adalah disamping mereka itu disebut sebagai Zurriyyaturrasul, mereka itu menurut Rasulullah Saw akan terus bersambung sampai hari kiamat. Dimana semua keturunan menurut Rasulullah Saw akan putus.

      Dalam hal ini Rasulullah saw pernah bersabda:


      كل سبب ونسب منقطع يوم القيامة الا سببى ونسبى.

      ( رواه الطبرانى والحاكم والبيهقى )

      “ Semua sebab dan nasab putus pada hari kiamat, kecuali sebab dan nasabku.”

      (HR. At Tobroni, Al Hakim dan Al Baihaqi)

      Hapus
  30. Jodoh dari Allah SWT
    ketika seorang syarifah menikah dengan ahwal jika itu memang jodoh yang Allah kasih,,, maka manusia tidak dapat berbuat apa2..
    Sebenarnya pertentangan ini bukan nanya dari sisi syarifahnya saja
    tapi dari sisi sayidnya juga,, jumlah antara sayid dan syarifah pada usia produktif dan belum menikah itu 1 berbanding 3
    jadi kalau sayidnya seenak enak2nya nikah sama ahwal, yg syarifahnya harus jadi perawan tua gitu?
    Setau saya ada 3 pilihan untuk seorang syarifah
    1. Menikah dengan sayid
    2. Menikah dengan ahwal
    3. Tidak menikah.

    BalasHapus
  31. Saya adalah syarifah yang saat ini sedang dekat dg pria ahwal
    Jujur saya mencintai dia..
    Rasa ini muncul karna Allah
    Dan sampai saat ini saya masih berhubungan dengan dia
    Apa bedanya Ahwal dengan sayyid..
    Kaalllaauu
    Sayidnya sendiri suka mempermainkan cewek ahwal,sayid sendiri terkadang suka berlagak karna dia punya gelar "SAYID"
    Tetapi ada cowok ahwal,yg mencintai menjaga,dan menyayangi setulusnya..
    Why not???

    BalasHapus
  32. Gak usah lebay dehhh.. Orang cuma tradisi kok.. Inget bro tradisi itu ciptaan manusia.. Bukan dari Allah.. Cek sejarahnya disini http://antimateri.com/kaum-arab-hadrami-di-indonesia-sejarah-dan-dimanika-diasporanya-2/

    BalasHapus
  33. Asalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh...... saya mau nanya,. menurut kesimpulan ang saya baca di dalam ayat-ayat al quran di atas... kafaah islam itu terdapat pada keimanan dan akhlaq.... apakah kalian (Syarifah/Syarif) sudah merasa keimanan dan akhlaq kalian lebih baik daripada akhlaq yang bukan golongan Sayyid/Sayyidah.... apakah Islam memiliki kasta seperti Hindu?? tolong penjelasannya ya Ustadz..... saya masih bingung dengan pernyataan ini.... apakah antum tahu sama Dr. Zakir Naik??? saya udah nanya sama Dr. Zakir Naik... Saya bertanya kepada beliau " is it true that female offspring habib prophet Muhammad PBUH was forbidden to marry ordinary men ??
    mean my question is, is a woman who comes from the lineage of the Prophet Muhammad are not allowed to marry a man who is not of the lineage of the prophet Muhammad,,? " dan dijawabnya " Yess its allowed
    But if a girl as 15 year old and the man is 50ror 60 like that then shariyat did not allalow it
    So the agar difference should be 1 to 12 or what is that time they are man and women "



    #Tolong penjelasan yang lebih detai lagi ya Habib :-)

    maaf sebelumnya bukan maksud untuk mengolok ataupun melecehkan ini hanyalah sebuah pertanyaan, bila ada salah kata maafkan saya karena saya hanya seorang manusia :).

    BalasHapus
  34. Ana seniri mengalamami pacaran dengan ahwal. Namun. Pcr saya selalu. Menindas saya(tidak menghargai) saya slalu kasi yng terbaik,kesabaran tiada batas,dan saya selalu banyak mengalah karena pcr saya(seperti gk pnya hati,(curhat penglaman pribadi yng negatif namun ada +nya yng saya ambil yng negatifnya untuk mempertegas ajah stop jgn d komen?!* namun pertanyaanya. Sungguh hati wanita ahwal dgn syarifah sangat berbeda. Hati seorang syarifah tidak akan pernah mencampakan anak mereka walaupun anaknya Sekejam apa pun.. Hati ahwal sudah banyak kejadian bayi di buang dan. Anak di buang karena skolah gk bnar/ apa. Makanya seorang syarifah. Harus menikah dgn sayid mengapa karena. Darah daging sifat sifat. Nya sangat berbeda dgan ahwal untuk menjaga smuanya. Maka di haruskan para syarifah menikah dengan sayid surat yng mempertegaskanya udh ada di topik yng di buat yng pnya blog di atas..dan itu berasarkan pengalaman pribadi ana ? Ini fakta. Dan. Di lingkungan tmpat tinggal ana. Banyak sekali orang tua ahwal yng tidak mau mengurusanaknya lgi karena pergaulan bebas yng tidak bisa di kontrol. Nah di situ ada suatu kluarga syarifah/habaib. Anaknya emng sih degil namun hti orng tuanya tetaplah anaku anaku anaku?lama kelamaan saya lihat is habib yng degil itu tobat karena sebelum itu dia berteman dngan orang ahwal skrng dia udh berkumpul dgn orng sholeh yng sya ceritakan di atas sampe skrng sii laki3x ahwal itu masi beladas dgn smua kefatamorganaan dunia :) saya rasa mungkin dia tobat(50persen tobat 50persen pas tua baru tobat) Mungkin. Ada slah ktikan/kata di komentar saya di atas karena saya sampaikan melalui ketikan bkan ngomong langsung saya tegaskan kembali ini fakta bkan opini saya. Cerita di atas saya ceritakan berdasarkan fakta namun itu unsur negatif nya ajah (perbedaan yng kecil namun sangat berpengaruh). Mungkin bakal ada yng tidak setuju. Maaf itu pengalaman pribadi saya.salam-sarohim.blogspot.com. Nama:said abdur rohim baragbah.

    BalasHapus
  35. Btul stiap hti manusia berbeda namun ana ambil sedikit perincian hati ahwalyng.negatif. Dan hati habib/syarifah yng - namun tetaplah anaku anaku anaku. Afwan ya mi

    BalasHapus
  36. Jgn ngomong tanah aer nenek moyang dulu bro,,, yg menyiarkan agama islam,dan memerdekakan indonesia itu siapa??? Masih untung ente di indonesia bnyk habaib,,,

    BalasHapus
  37. Jika Rosulullah masih hidup mungkin akan marah dan mencabut larangan perkawinan syarifah dengan ahwal. Sebab Allah yang menciptakan kita sebagai umatnya. Yang di nilai Allah itui ketaqwaan bukan garis keturunannya. Apa jaminannya seorang sayid lebih baik dari ahwal. Ini sangat menyesatkan dan berdosa menghalangi sebuah pernikahan....Mereka kagak mikir akibatnya secara psikologis dan moral. Banyak Sayid yang kelakuanya brengsek hidup di negeri kita.
    Jodoh, Mati, Rejeki Allah yang menetapkan kita sebagai umatnya, hambanya wajib ikhitar.

    BalasHapus
  38. Aaya sekarang sedang berhubungan dengan yang katanya keturunan Nabi Muhammad S.A.W
    Tapi tidak dpt restu dan di olok.olok
    Kamu itu siapa, punya hak apa dan lain sebagainya
    Saya sudah bergungan 4,5th...,
    Apa yang harus sayank lakukan
    Terimakasih

    BalasHapus
  39. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  40. Astaughfirullah, demi Allah celaka bagi mereka yang menghina dan merendahkan Rasulullah sang manusia pilihan Allah, dengan minimnya ilmu dengan jelas dan lantangnya menghina. .
    telah timbul tanda-tanda AJARAN LIBERAL yang menyesatkan, Nauzubillahi min dzalik. .
    ampunilah dosa hambamu ini ya Allah
    Asyhadu an-laa ilaaha illallaah Wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah
    Alhamdulillah

    BalasHapus
  41. kenapa anak laki" nabi diwafatkan sejak kecil.... berpikirlah???
    supaya tidak ada umat yg mengkhususkan
    berpikirlah.... jangan mengkhususkan dengan membuat aturan sendiri
    keturunan nabi dijaga oleh allah..bukan kalian yg menjaga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget....
      Tapi ya katanya anak nabi yang laki wafat karna kalau hidup takut akan jadi nabi karna kebanyakan keturunan nabi yang laki bakal jadi nabi yang aku tau gitu
      Karna itu allah mewafatkan mereka wallahu allam si mohon maaf kalau salah Monggo di cerdaskan

      Hapus
    2. Kalau ada salah kata mohon maaf

      Hapus
  42. kenapa prnikahan keturunan nabi harus dijaga ? sebab dan akibatnya kita ngga akan tahu kalo keturunannya gak dikhsuskan ,, keilmuan dan akhlaknya dan rahasia ngga akan mewarisi kpada anak yg akan lahir,,
    cinta adalah hal yang tabu ...

    BalasHapus
  43. Budak budak orang arab xexexe

    BalasHapus
  44. Mulia kok bukan dari amal tapi dari keturunan, ...payah, pantas besar di gelar kecil diotak

    BalasHapus
  45. Rasulullah Saw bersabda:



    كل بنى أنثى فان عصبتهم لآبيهم ما خلا ولد فاطمة

    فانى أنا عصبتهم وأنا أبوهم. ( رواه الطبرانى )



    “Semua bani Untsa (manusia) mempunyai ikatan keturunan keayahnya, kecuali anak-anak Fathimah, maka kepadakulah bersambung ikatan keturunan mereka dan akulah ayah-ayah mereka.”
    (HR. At Tobroni)

    Imam Suyuti dalam kitab Aljamik As Shohir juz 2 halaman 92 menerangkan, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:

    كل بنى أدم ينتمون الى عصبة الا ولد فاطمة فأنا وليهم
    وأنا عصبتهم. ( رواه الطبرانى وأبو يعلى )


    “Semua Bani Adam (manusia) mempunyai ikatan keturunan dari ayah, kecuali anak-anak Fathimah, maka akulah ayah mereka dan akulah Asobah mereka (ikatan keturunan mereka).”

    (HR. At Tobroni dan Abu Ya’la)


    Begitu pula Syech Muhammad Abduh dalam tafsir Al Manar menerangkan, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda:


    كل ولد ادم عصبتهم لأبيهم ما خلا ولد فاطمة

    فأنى أبوهم وعصبتهم.


    “Semua anak Adam (manusia) bernasab (ikatan keturunan) keayahnya, kecuali anak-anak Fathimah, maka akulah ayah mereka dan akulah yang menurunkan mereka.”

    Itulah sebabnya, mengapa keturunan Siti Fathimah ra disebut Zurriyyaturrasul atau keturunan Rasulullah SAW.
    Keistimewaan yang lain dari keturunan Siti Fathimah ra adalah disamping mereka itu disebut sebagai Zurriyyaturrasul, mereka itu menurut Rasulullah Saw akan terus bersambung sampai hari kiamat. Dimana semua keturunan menurut Rasulullah Saw akan putus.

    Dalam hal ini Rasulullah saw pernah bersabda:


    كل سبب ونسب منقطع يوم القيامة الا سببى ونسبى.

    ( رواه الطبرانى والحاكم والبيهقى )

    “ Semua sebab dan nasab putus pada hari kiamat, kecuali sebab dan nasabku.”

    (HR. At Tobroni, Al Hakim dan Al Baihaqi)

    Dibawah ini kami nukilkan fatwa dari seorang ulama besar dan Mufti resmi kerajaan Saudi Arabia yang bermadzab Wahabi, yaitu Al Allamah Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, yang dimuat dalam majalah “AL MADINAH” halaman 9 Nomor 5692, tanggal 7 Muharram 1402 H/ 24 Oktober 1982.

    Seorang dari Iraq menanyakan kepada beliau mengenai kebenaran golongan yang mengaku sebagai SAYYID atau sebagai anak cucu keturunan Rasulullah saw.

    Jawab Syeikh Abdul Aziz bin Baz : “Orang-orang seperti mereka itu terdapat diberbagai tempat dan negara. Mereka juga dikenal dengan gelar sebagai “SYARIF” . Sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang yang mengetahui, mereka itu berasal dari keturunan Ahlu Baiti Rasulullah saw. Diantara mereka ada yang silsilahnya berasal dari Al Hasan ra dan ada yang berasal dari Al-Husin ra. Ada yang dikenal dengan gelar Sayyid dan ada juga yang dikenal dengan gelar Syarif.”

    Hal itu merupakan kenyataan yang diketahui umum di Yaman dan negeri-negeri lain.

    Adapun mengenai menghormati mereka, mengakui keutamaan mereka dan memberikan kepada mereka apa yang telah menjadi hak mereka, maka semua itu adalah merupakan perbuatan yang baik.

    Dalam sebuah hadist Rosulullah saw berulang-ulang mewanti-wanti: “Kalian kuingatkan kepada Allah akan Ahli Baitku…Kalian kuingatkan kepada Allah akan Ahli Baitku…Kalian kuingatkan kepada Allah akan Ahli Baitku!”

    Demikian sebagian dari fatwa Syikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz mengenai masih adanya keturunan Rosulullah saw.

    BalasHapus
  46. melestarikan tradisi itu lbh mulia

    BalasHapus
  47. Itu kembali kpd keyakinan dan pilihan hidup masing2...
    Krn jaman penyebaran islam d indonesia...
    Para waliyullah dr gol ahlul bait menikahkan anak cucu mereka dengan para raja atau ratu atau pangeran atau mahapatih dll
    Yg notabene bukan ahlulbait...
    Ini juga butuh penjelwsan secara fiqih

    BalasHapus
  48. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  49. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  50. Bukan hanya pernikahan ahwal, sayid, sayidah saja, namun secara umum memang akan ada masalah soal adaptasi bagi dua adat berbeda yang melakukan pernikahan. Pernikahan dua adat berbeda sudah tidak bisa lagi dibendung karena adanya dinamika kebudayaan di era globalisasi dimana manusia berinteraksi dan bercampur baur dalam beraneka adat kebudayaan seluruh dunia. Kecil kemungkinan untuk bisa membendungnya.

    Khusus bagi adat budaya arab, itu memiliki tugas berat karena masih adanya adat budaya jahiliyah di dalamnya. Karena Nabi Muhammad SAW sengaja tidak menggunakan sisa quota doanya untuk memusnahkan adat jahiliyah seperti yang dilakukan oleh beberapa nabi sebelumnya. Jika itu untuk keturunan beliau, maka adat jahiliyah itu juga akan tetap ada dan oleh Nabi Muhammad SAW diserahkan kepada keturunannya sendiri untuk berjihad nafsi memusnahkannya, tetap memeliharanya, atau mengabaikannya.

    Sehingga bagi para sayyid dan sayyidah itu memiliki dua hal: mewarisi kehormatan sebagai keturunan Nabi akhir zaman dan mewarisi adat jahiliyah dalam dirinya. Karena yang maksum hanyalah Nabi Muhammad SAW sendiri maka hanya beliau sendiri yang tidak terdapat unsur adat jahiliyah itu. Keturunannya tidak mewarisi kemaksuman itu, sehingga harus bekerja keras untuk berjihad nafsi mengelola unsur adat jahiliyah dalam dirinya agar kehormatan sebagai keturunan Nabi itu yang dominan dalam dirinya.

    Istri saya keturunan, saya jawa asli. Dari situ saya tahu sedikit tentang hal di atas dan berusaha mengelola perbedaan unsur adat itu.
    Sedangkan unsur dinul islam, insyaallah tidak akan ada masalah sama sekali dengan adat yang beradab manapun karena sifatnya rahmatallil'alamin support terhadap segala jenis kebaikan.

    BalasHapus
  51. ���������������������� jadi kalau keturunan rasul boleh kawin sedarah ya ( satu nasab )
    Jadi istri hasan husen anak siapa ya...
    Istri nya bernasab ke rasul dan suaminya bernasab kerasul, berarti ibarat air tak bersawah ya syakh ( air semata )... dari pada kesurga mending saya keneraka aja...karna terlalu iri dan tidak paham

    BalasHapus
  52. ���������������������� jadi kalau keturunan rasul boleh kawin sedarah ya ( satu nasab )
    Jadi istri hasan husen anak siapa ya...
    Istri nya bernasab ke rasul dan suaminya bernasab kerasul, berarti ibarat air tak bersawah ya syakh ( air semata )... dari pada kesurga mending saya keneraka aja...karna terlalu iri dan tidak paham

    BalasHapus
  53. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus